Sore itu saya menonton sebuah program acara yang cukup bagus sekali menurut saya, yaitu “Meretas Hidup Orang Pinggiran”.
Program acara yang ditayangkan oleh Trans7 ini benar-benar sangat
mengharukan sekali dan menjadi inspirasi buat kita semua bahwa dalam
hidup ini memang kita harus senantiasa berjuang dan mensyukuri apa yang
ada didalam hidup kita.
Dalam
acara itu dikisahkan seorang ibu pedagang bakpao didaerah Lebak –
Banten yang mempunyai anak tunggalnya yang perempuan yang berusia masih
anak-anak setingkat kelas 3 SD sedangkan ayahnya yang hanya berprofesi
sebagai pengrajin bubu (alat yang digunakan untuk menyimpan hasil
tangkapan ikan) yang terbuat dari bilah bambu.
Kehidupan
yang sangat sederhana dari keluarga ini tidak menyurutkan semangat
mereka untuk tetap bertahan hidup dengan berjualan bakpao atau moho
(orang disana biasa menyebutnya). Si ibu dan si anak bekerja sama bahu
membahu dalam proses pembuatannya. Si anak nampaknya sudah biasa
menjalankan semua itu, dari memarut kelapa hingga menggosengnya dengan
campuran gula jawa. Namun untuk adonannya rupanya si anak belum berani
mencobanya karena takut nantinya 2 kg terigu akan hilang sia-sia dan ini
berarti mereka tidak akan bisa membeli beras dan lauk pauk untuk
sekedar memenuhi menu makan mereka hari itu.
Hasil
dari 2 kg terigu itu nantinya akan menghasilkan 60 buah bakpao yang
dijual Rp500 perbuahnya. Ini berarti kalau dagangan si anak habis semua
maka mereka akan mendapatkan uang Rp30.000 kotornya. Setelah dipotong
dengan pembelian 2 kg terigu (Rp13.000) ditambah dengan kelapa dan gula
jawa (sekitar Rp7000) tarulah keuntungan bersih si ibu adalah Rp10.000
saja. Betapa minimnya rasanya. Belum beli beras serta lauk pauk yang
lainnya maka tak ayal mereka hanya bisa memakan seadanya setiap harinya.
Si
anak yang ditugaskan oleh ibunya untuk menjualkan bakpao hasil
olahannya begitu dewasa sekali bila dilihat dari anak-anak seumuran yang
lainnya. Sementara kawan-kawannya sibuk bermain, si Anak dengan
rajinnya membantu si ibu dengan riang gembira karena kasihan melihat
orangtuanya yang sudah berjuang keras demi dirinya.
Sementara
si bapak yang hanya punya ketrampilan membuat bubu hanya berharap dari
orang-orang yang ingin membeli bubu hasil buatannya. Bubu yang seharga
Rp25.000 – Rp50.000 itu terkadang hanya bisa terjual 2-3 buah saja dalam
setahun itu. Sungguh sebuah hasil yang sering membuat air mata kita
menangis……
Sepanjang
saya menonton acara ini dan ditambah lagi dengan backsound music
instrumentalnya yang begitu pas membuat air mata saya
berlinang………menahan keharuan yang begitu mendalam. Apalagi ditambah
dengan melihat adegan sambil bertutur kata si ibu dan si anak sering
terisak menahan gejolak yang ada didalam hatinya akan kepedihan
hidupnya.
Saya
hanya bisa bergumam dalam hati dan mendoakan kepada Rabb Yang Maha
Pengasih agar memudahkan rezeki buat orang-orang seperti ini.
Sebuah acara yang sungguh membuat diri saya merenung dan kemudian mensyukuri karunia dari-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar