PUISI "Orang Pinggiran"
ORANG PINGGIRAN
Oleh Windy Azkiya
Di sisi keramaian kota yg padat penduduk ini
Di pinggir jalan yang di tengahnya berlalu lalang kendaraan
Di tanah yang kering dengan beralaskan koran juga bertembok dan beratap kardus
Di bawah langit dengan panasnya matahari
Dan diatas kemiskinan yang di alaminya..
Mencoba bertahan hidup dengan apa adanya
Mencoba berusaha meski tiada lagi harapan
Mencoba mensyukuri setiap rizki yang ia dapat
Dan mencoba bersabar dan berlapang dada dari setiap cacian dan hinaan yang ia terima
Itulah orang pinggiran..
Di dalam keterbatasan yang ia miliki
Kemiskinan yang ia alami
Masihlah ia bersyukur atas kehidupannya..
Berusaha mencari nafkah untuk keluarganya
Setidaknya sesuap nasi untuk mengisi perutnya yang gemerutu kelaparan
Adakah sedikit uang untuknya membeli sebungkus nasi ...
Kenyataannya ia harus menadahkan kedua tangannya hanya untuk membeli sebungkus nasi..
Mengorbankan harga dirinya di depan semua orang demi untuk bertahan hidup sekaligus menghidupkan keluarganya
Tiadakah orang lain menaruh iba padanya
Ya... Mereka iba dan membantu memberi selembar demi selembar uang seribu rupiah
Namun itu hanya mampu mengenyangkan perutnya dari kelaparan sebentar saja
Lalu bagaimana untuk keesokan harinya
Lagi-lagi ia harus mengorbankan harga dirinya dengan mengemis di pinggiran jalan
Tiadakah orang yang iba dengan memberinya pekerjaan
Dengan begitu tak perlu lagi ia mengemis..
Namun bagaimana kenyataannya..
Jangankan untuk memberinya pekerjaan
Menoleh pun tiada.. kepadanya yang kumal dan berpakaian lusuh juga compang-camping
Bagaimana dengan banyak nya mobil mewah yang berlalu lalang di tengah kota
Tiadakah orang di dalamnya yang peduli
Tiadakah orang di dalamnya yang iba sehingga menariknya untuk berbagi
Sedikit saja dari rizki mereka..
Kenyataannya.. Tak seperti yang di inginkan
Sungguh mengenaskan nasib mereka orang pinggiran..
Semoga saja suatu saat hidup nya akan di beri jalan menempuh kebahagiaan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar